Pages

Rabu, 01 April 2015



Pertumbuhan dan Perkembangan serta Hubungannya dengan Proses Belajar

  A.  Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Keduanya berlangsung secara interdependensi, yaitu saling ketergantungan satu lainnya. Tidak bisa dipisahkan tapi dapat dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatannya. Dengan demikian pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.
Berbeda dengan pertumbuhan, konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) sebagai berikut:  
“perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai di keadaan mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap.”
Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak; bahwa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Menurut Nagel (1957), perkembangan yaitu dimana struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Spiker (1966), mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan, yaitu:
    1.      Orthogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
    2.      Filogenetik, yakni perkembangan dari asal-ususl manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini juga terjadi sejak permulaan adanya manusia.
Jadi dari pendapat Spiker itu diketahui bahwasanya perkembangan orthogenetik mengarah ke suatu tujuan khusus sejalan dengan perkembangan evolusi yang mengarah kepada kesempurnaan manusia.
Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang nampak. Perkembangan dapat juga dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar (Monks, 1984:2).
Perubahan-perubahan yang dimaksud meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan tersebut dapat dibagi menjadi empat kategori umum yaitu perubahan dalam ukuran, perubahan dalam perbandingan, perubahan untuk mengganti hal-hal yang lama, dan perubahan untuk memperoleh hal-hal yang baru.
    B.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
        1.      Kecerdasan
Athur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan. Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai peranan minimal dan kecerdasan. Menurutnya, IQ yang diukur dengan tes kecerdasan yang baku merupakan indikator kecerdasan yang baik. Ia mengemukakan lagi pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80%. Kecerdasan memang dipengaruhi oleh keturunan tetapi banyak ahli perkembangan menyatakan bahwa itu berkisar sekitar 50%.

        2.      Temperamen
Temperamen adalah gaya prilaku karakteristik individu dalam merespons. Menurut Thomas & Chess (1991), ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit, dan lambat untuk dibangkitkan.
      a.       Anak yang mudah umumnya punya suasana hati yang positif dan dapat dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan mudah pula menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.
     b.      Anak yang sulit cenderung untuk bereaksi secara negatif serta sering menangis dan lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
     c.       Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah, kadang-kadang negatif dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
Orang tua yang luwes dapat memberikan pengaruh yang menenangkan pada anak yang sulit atau tetap menunjukkan kasih sayang walau anak menjauh atau keras kepala. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keturunan mempengaruhi temperamen yang tergantung pada respons orang tua terhadap anak-anaknya dengan pengalaman-pengalaman masa kecil yang ditemui dalam lingkungan.
         3.      Interaksi keturunan lingkungan dan perkembangan
Pengaruh genetik terhadap kecerdasan terjadi pada awal perkembangan anak dan berlanjut terus sampai dewasa. Kita ketahui pula bahwa dengan dibesarkan pada keluarga yang sama dapat terjadi perbedaan kecerdasan secara individual dengan variasi yang kecil pada kepribadian dan minat. Slah satu alasan terjadinya hal itu adalah karena keluarga mempunyai penekanan yang sama kepada anak-anaknya berkenaan dengan perkembangan kecerdasan yaitu dengan mendorong anak mencapai tingkat tertinggi.

      C.  Prinsip atau Hukum Perkembangan
      1.      Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala yang lebih “matang” dari pada bagian tubuh lainnya.

      2.      Hukum Proximodistal
Ini merupakan hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi.  Alat-alat tubuh yang terdapat di pusat seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang ada di tepi.

      3.      Perkembangan terjadi dari Umum ke Khusus
Pada setiap aspek terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkat ke hal-hal yang khusus. Anak akan lebih mampu menggerakkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum ia bisa mempergunakan kedua tungkainya untuk menyangga batang tubuhnya, melangkahkan kaki dan berjalan.

       4.      Perkembangan berlangsung dalam tahapan-tahapan perkembangan
Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada suatu masa perkembangan dengan ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan yang lain. Jadi, bila seseorang telah mencapai suatu tahap dalam perkembangannya, maka mungkin saja masih memperlihatkan ciri-ciri masa perkembangan yang terdahulu, hanya saja dalam jumlah yang kecil. Ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembang dan tidak meningkat lagi, yang hal ini disebut fiksasi.

      5.      Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan
Cepat lambatnya suatu masa perkembangan dilalui, menjadi ciri yang menetap sepanjang hidupnya, bilamana tidak ada hal-hal yang mempengaruhi proses perkembangan secara hebat. Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi. Pada saat itu terlihat adanya selingan antara cepat dan lambatnya perkembangan, yang bersifat konstan. Inilah yang disebut dengan irama perkembangan.

Sumber:
              Sumantri, Mulyani, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
      Sunarto, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Links

Blogroll

Blogger templates

Blogger news

Comments

Featured Post 4

Sponsors

Notice

Text

Powered By Blogger

Translate

Followers